Review Film Marlina si Pembunuh dalam Empat Babak
Sinopsis singkat
Film ini mengisahkan perjalanan Marlina
(Marsha Timothy), seorang janda yang tinggal di perbukitan Sumba, Indonesia.
Pada satu hari datang lah seorang pimpinan
perampok bernama Markus (Egi Fedli). Perampokan yang dilakukan secara sederhana, diikuti ancaman verbal dan emosional. Ia mengatakan akan mengambil seluruh ternaknya yang dibawa pergi bersama teman-temannya nanti malam. Tapi kocak juga dimana ada yang mau merampok tapi bilang-bilang dulu lho, teman :)
Malam hari pun tiba dan para kawan perampok
datang mengemudikan truk mengambil ternak dan Markus meminta Marlina untuk
memasak makan malam untuk kawannya. Tanpa pikir panjang Marlina menemukan cara
untuk mengatasi para perampok yaitu dengan cara meracuni makan malam yang
dibuatnya! Namun Markus tidak ikut makan malam, ia memilih ingin meniduri Marlina.
Ditengah pemerkosaan, Marlina diam-diam mengambil sebilah golok lalu memenggal
kepala Markus. Dari kejadian tersebut, dimulai lah perjalanan Marlina dalam
menebus keadilan yang terbagi dalam empat babak yaitu perampokan, perjalanan,
pengakuan, dan kelahiran sambil membawa kepala Markus yang terpenggal. Seram juga, ya! Ketika tiba di kantor polisi untuk meminta keadilan, aparat
tak kunjung menuntaskan kasus Marlina.
Komentar saya terhadap film ini
· Kelebihan/kebaikannya :
Sebuah film Indonesia yang wajib ditonton dan
diperhatikan terutama untuk kaum
perempuan.. Film ini menjadi salah satu film terbaik Indonesia yang dibuktikan
dengan memenangkan banyak pernghargaan, salah duanya penghargaan Tokyo FILMeX
dengan kategori Grand Prize, dan Festival Film Indonesia dengan kategori Film
Cerita Panjang Terbaik dan masih banyak lagi. Perpaduan gaya western dan
Indonesia yang tidak boleh diragukan. Menampilkan keindahan alam Indonesia
khususnya keindahan alam Sumba, Nusa Tenggara Timur. Film garapan Mouly Surya
ini membawakan pesan dalam gaya yang tenang dan meyakinkan, yaitu wanita harus
kuat dan mandiri ! Jangan mau dijatuhkan oleh budaya patriarkis yang masih
melekat sekali di Indonesi.
· Kekurangan :
Film ini memiliki sedikit dialog dan tidak ada
pengenalan antar tokoh jadi bisa dibilang film ini sulit dicerna jalan
ceritanya. Dan sebaiknya film ini hanya ditonton oleh orang dewasa karna ada
beberapa adegan yang tidak pantas untuk ditonton anak dibawah umur. Durasi yang
lumayan panjang untuk film yang sedikit bisu dan monoton.
· Inspirasi yang saya dapat dari film
ini :
Budaya patriarki yang selalu merendahkan
wanita membuat seorang wanita harus bisa bertahan hidup lebih keras. Film ini
seakan mewakilkan hati para wanita. Film ini juga mengajarkan jika kita
khusunya wanita jangan mau direndahkan dan hanya dianggap ‘barang’ pemuas nafsu
laki-laki belaka, dan hukum yang masih lemah dalam melindungi para wanita
korban pelecehan. Be strong, ladies. Marlina menunjukkan bahwa wanita harus
kuat, apalagi kita yang masih hidup dilingkungan patriakris.
Komentar
Posting Komentar
berkomentarlah dengan bijak dan etika berbahasa yang menjadi karakter makhluk berakal